bahasa indonesia baku dan pemakaiannya dengan baik dan benar
BAB I
PENDAHULUAN
Istilah bahasa baku telah dikenal
oleh masyarakat secara luas. Namun pengenalan istilah tidak menjamin bahwa
mereka memahami secara komprehensif konsep dan makna istilah bahasa baku itu.
Hal ini terbukti bahwa masih banyak orang atau masyarakat berpendapat bahasa
baku sama dengan bahasa yang baik dan benar. “Kita berusaha agar dalam situasi
resmi kita harus berbahasa yang baku. Begitu juga dalam situasi yang tidak
resmi kita berusaha menggunakan bahasa yang baku”. (Pateda, 1997 : 30).
Slogan “pergunakanlah bahasa
Indonesia dengan baik dan benar”, tampaknya mudah diucapkan, namun maknanya
tidak jelas. Slogan itu hanyalah suatu retorika yang tidak berwujud nyata,
sebab masih diartikan bahwa di segala tempat kita harus menggunakan bahasa
baku. Demikian juga, masih ada cibiran bahwa bahasa baku itu hanya buatan
pemerintah agar bangsa ini dapat diseragamkan dalam bertindak atau berbahasa.
“Manakah ada bahasa baku, khususnya bahasa Indonesia baku? “Manalah ada bahasa
Indonesia lisan baku”? “Manalah ada masyarakat atau orang yang mampu
menggunakan bahasa baku itu, sebab mereka berasal dari daerah”. Atau mereka
masih selalu dipengaruhi oleh bahasa daerahnya jika mereka berbahasa Indonesia
secara lisan. Dengan gambaran kondisi yang demikian itu, di dalam bab ini dibahas
tentang pengertian bahasa baku, pengertian bahasa nonbaku, pengertian bahasa
Indonesia baku, fungsi pemakaian bahasa baku dan bahasa nonbaku. Terakhir
dibahas tentang ciri-ciri bahasa baku dan bahasa nonbaku, serta berbahasa
Indonesia dengan baik dan benar.
BAB II
BAHASA INDONESIA BAKU DAN
PEMAKAIANNYA
DENGAN BAIK DAN BENAR
2.1.Pengertian
Bahasa Baku
Di
dalam pengantar dikemukakan bahwa masih banyak orang yang menyamakan pengertian
bahasa baku dengan bahasa yang baik dan benar. Bahasa yang dipergunakan dalam
situasi tidak resmi pun dianggap sebagai bahasa baku. Makna baku sendiri
tampaknya tidak dipahami secara benar, apalagi makna bahasa baku. Hal itu
disebabkan oleh keengganan orang mencari makna istilah baku dan bahasa baku itu
didalam Kamus Untun atau Kamus, istilah Linguistik, baik dari bahasa indonesia
maupun dari bahasa asing, terutama dalam bahasa inggris.
Di
dalam Kamits Umum Bahasa Indonesia, Poerwadarminta menuliskan :
baku I
Jawa,
(1) yang menjadi pokok, yang sebenarnya; (2) sesuatu yang dipakai sebagai dasar
ukuran (nilai, harga, standar).
baku II
saling
(1976:79)
Didalam
kamus besar bahasa indonesia (KBBI, 1988:71).
Kata
baku juga ada dijelaskan.
Baku
I
(1) Pokok,
utama,
(2) tolak
ukur yang berlaku, untuk kuantitas atau kualitas dan yang ditetapkan
berdasarkan kesepakatan; Standar;
Baku
saling
Di
dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, Badudu dan Zain menjelaskan makna kata baku.
baku I
baku I
(Jaws)
yang menjadi pokok; (2) yang terutama; standar.
(Manado), saling (1996:114)
Baku dalam bahasa baku di dalam 3
Kamus di atas bermakna sama dengan baku I. Oleh karena itu, bahasa baku ialah
bahasa yang menjadi pokok, yang menjadi dasar ukuran, belum cukup memahami
konsep yang sesungguhnya. Oleh karena itu, istilah bahasa baku itu akan
dijelaskan lagi secara luas di bawah ini.
Istilah bahasa baku dalam bahasa
indonesia atau standard language dalam. Bahasa inggris dalam dunia ilmu bahasa
atau linguistik, pertama sekali diperkenalkan oleh Vilem Mathesius meramuskan
pengertian bahasa baku itu. Mereka berpengertian bahwa bahasa baku sebagai
bentuk bahasa yang telah dikodifikasi, diterima dan difungsikan sebagai model
atau acuan oleh masyarakat secara luas (A Standard language can tentatively be
definite as a codified form of language accepted by and serving as a model for
a large speech communit) (Garvin, 1967 dalam purba, 1996 : 52)
Pengertian bahasa baku di atas diikuti
dan diacu oleh pakar bahasa dan pengajaran bahasa baik di barat maupun di
indonesia.
Di dalam Dictionry Language and
Linguistics, Hartman dan Strok berpengertian bahasa baku adalah ragam bahasa
yang secara social lebih digandrungi dan yang Bering didasarkan bahasa
orang-orang yang berpendidikan di dalam atau disekitar pusat kebudayaan atau
suatu masyarakat bahasa
(Standard
language is the socially favourite variaty of a langauage, often based on the
speech of educated population in and a round the cultural and or political cntre
of the speech community) (1971 : 218).
Di dalam Sociolinguistics A Critical
Survey of Theory and Application, Dittmar berpengertian bahwa bahasa baku
adalah ragam bahasa dari suatu masyarakat bahasa yang disahkan sebagai norma
keharusan bagi pergaulan sosial atas dasar kepentingan dari pihak-pihak dominan
di dalam masyarakat itu. Tindakan pengesahan itu dilakukan melalui
pertimbangan-pertimbangan nilai yang bermotivasi sosial politik (The standard
is that speech variety of a language community which is legitimized as a the
obligatory norm form social intercourse on the strength of the interest of
dominant forces in that social. The act of legitimized a norm is effected by
means of value judgement which have sociopolitical motivation) (1976 : 8).
Di dalam Logman Dictionary of
Applied Linguistics, Richard, Jhon dan Heidi berpengertian bahwa bahasa baku
adalah ragam bahasa yang berstatus tinggi di dalam suatu masyarakat atau bangsa
dan biasa didasarkan penutur asli yang berpendidikan di dalam berbicara dan
menulis (Standard variaty; standard variaty; standard dialect; standard
language is the variaty of a language which has on the speech and writing of
educated native speakers of the language) (1985 : 271).
Di dalam Bahasa dan Sastra dalam
Gamitan Pendidikan, Yus Rusyana berpengertian bahwa bahasa baku atau bahasa
standar adalah suatu bahasa yang dikodifikasikan, diterima, dan dijadikan model
oleh masyarakat bahasa yang lebih luas (1984 : 104). Di dalam Tatabahasa
Rujukan Bahasa Indonesia untuk Tingkat Pendidikan Menengah, Gorys Keraf
berpengertian bahwa bahasa baku adalah bahasa yang dianggap dan diterima
sebagai patokan umum untuk seluruh penutur bahasa itu (1991 : 8).
Berdasarkan beberapa pengertian di
atas, jelas bahwa bahasa baku itu adalah bentuk bahasa yang telah dikodifikasi
atau ditetapkan, diterima dan difungsikan sebagai model oleh masyarakat secara
luas. Di dalam pengertian bahasa baku itu terdapat 3 aspek yang saling menyatu,
yaitu kodifikasi, keberterimaan, difungsikan sebagai model. Ketiganya dibahas
di bawah ini.
Istilah kodifikasi adalah terjemahan
dari “codification” bahasa Inggris. Kodifikasi diartikan sebagai hal
memberlakukan suatu kode atau aturan kebahasaan untuk dijadikan norma di dalam
berbahasa (Alwasilah, 1985 : 121).
Masalah kodifikasi berkait dengan
masalah ketentuan atau ketetapan norma kebahasaan. Norma-norma kebahasaan itu
berupa pedoman tata bahasa, ejaan, kamus, lafal, dan istilah.
Kode kebahasaan sebagai norma itu
dikaitkan juga dengan praanggapan bahwa bahasa baku itu berkeseragaman.
Keseragaman kode kebahasaan diperlukan bahasa baku agar efisien, karena kaidah
atau norma jangan berubah setiap saat. Kodifikasi yang demikian diistilahkan
oleh Moeliono sebagai kodifikasi bahasa menurut struktur bahasa sebagai sebuah
sistem komunikasi (1975 : 2).
Kodifikasi kebahasaan juga dikaitkan
dengan masalah bahasa menurut situasi pemakai dan pemakaian bahasa. Kodifikasi
ini akan menghasilkan ragam bahasa. Perbedaan ragam bahasa itu akan tampak
dalam pemakaian bahasa lisan dan tulis. Dengan demikian kodifikasi kebahasaan
bahasa baku akan tampak dalam pemakaian bahasa baku.
Bahasa baku atau bahasa standar itu harus
diterimaatau berterimabagi masyarakat bahasa. Penerimaan ini sebagai kelanjutan
kodifikasi bahasa baku. Dengan penerimaan ini bahasa baku mempunyai kekuatan
untuk mempersatukan dan menyimbolkan masyarakat bahasa baku.
Bahasa baku itu difungsikan atau
dipakaisebagai model atau acuan oleh masyarakat secara luas. Acuan itu
dijadikan ukuran yang disepakati secara umum tentang kode bahasa dan kode
pemakaian bahasa di dalam situasi tertentu atau pemakaian bahasa tertentu.
Ketiga aspek yang terdapat di dalam
konsep bahasa baku itu kodifikasi, keberterimaan, difungsikan atau dipakai
sebagai model, berkesatuan utuh dan saling berkait, baik dalam menentukan kode
bahasa maupun kode pemakaian bahasa baku. Hal ini akan dirinci pada pembahasan
ciri-ciri dan fungsi bahasa baku dan pemakaian bahasa baku.
kata baku
merupakan ragam bahasa yang cara
pengucapanya ataupun penulisanya sesuai denga kaidah-kaidah standart atau
kaidah yang dibakuka. Kaidah
standart berupa :
1)
Pedoman ejaan ( EYD)
2)
Tata bahasa baku
3)
Kamus umum / KBBI
Bahasa dikatakan baku apabila bahasa itu digunakan dalam masyarakat dan
memiliki nilai
komunikatif yang paling tinggi dan fungsinya menyangkut kepentingan nasional
(Suryaman, 1985 : 2)
2.2.Pengertian Bahasa Nonbaku
Bahasa nonbaku (bahasa tidak resmi) adalah bahasa yang cara pengucapan atau
penulisannya tidak memenuhi kaidah-kaidah umum, tidak sesuai dengan pedoman
ejaan, tata bahasa atau kamus umum dan juga bahasa yang sering dipakai oleh mereka
yang tidak berpendidikan atau dipergunakan di lingkungan tidak resmi. Bahasa
nonbaku biasanya nada gaya bahasanya lebih santai dan pemilihan kata-katanya
lebih sederhana.
2.3.Pengertian Bahasa Indonesia Baku dan Nonbaku
2.3.1.
Bahasa Indonesia Baku
Bahasa Indonesia telah memiliki bahasa baku.
Ragam bahasa itu disusun dengan tujuan agar bahasa Indonesia dapat berkembang
secara teratur, terarah dan terencana, cara pengucapan atau penulisannya sesuai
dengan kaidah-kaidah standart atau kaidah yang telah di bakukan, dimana kaidah
standart diamksud dapat berupa ejaan (EYD), tata bahasa baku dan kamus umum
sehingga dapat difungsikan atau dipakai sebagai model oleh masyarakat Indonesia
secara luas dan juga dalam bahasa Indonesia baku pilihan kata, yang semuanya
diambil dari bahsa standart yang terpilih. Ini bukan berarti bahwa kita tidak
dapat mengakui adanya bahasa nonbaku.
2.3.1.
Bahasa Indonesia Nonbaku
Bahasa Indonesia nonbaku adalah ragam bahasa
Indonesia yang tidak dimodifikasi atau disusun secara terencana dan terarah juga
cara pengucapan dan penulisannya tidak memenuhi kaidah –kaidah umum, tidak
sesuai dengan pedoman ejaan, tata bahsa dan kamus umum sehingga biasanya digunakan dalam acara-acara yang
lebih longgar, lebih santai, pemilihan katanya lebih sederhana, serta tidak
resmi oleh masyarakat secara khusus.
2.4.
Tumbuhnya
Bahasa Indonesia Baku
Bahasa
merupakan salah satu unsur identitas nasional. Bahasa dipahami sebagai sistem
perlambangan yang secara arbiter dibentuk atas unsur-unsur bunyi ucapan manusia
dan digunakan sebagai sarana berinteraksi manusia. Di Indonesia terdapat
beragam bahasa daerah yang mewakili banyaknya suku-suku bangsa atau etnis.
Setelah
kemerdekaan, bahasa Indonesia ditetapkan sebagai bahasa nasional. Bahasa
Indonesia dahulu dikenal dengan bahasa melayu yang merupakan bahasa penghubung
antar etnis yang mendiami kepulauan nusantara. Selain menjadi bahasa penghubung
antara suku-suku, bahasa melayu juga menjadi bahasa transaksi perdagangan
internasional di kawasan kepulauan nusantara yang digunakan oleh berbagai suku
bangsa Indonesia dengan para pedagang asing.
Ada
empat faktor yang menyebabkan bahasa Melayu diangkat menjadi bahasa Indonesia
yaitu :
1. Bahasa
melayu sudah merupakan lingua franca di Indonesia, bahasa perhubungan dan
bahasa perdangangan.
2. Sistem
bahasa Melayu sederhana, mudah dielajari karena dalam bahasa melayu tidak
dikenal tingkatan bahasa (bahasa kasar dan bahasa halus).
3. Suku
jawa, suku sunda dan suku suku yang lainnya dengan sukarela menerima bahasa
Melayu menjadi bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional
4. Bahasa
melayu mempunyai kesanggupan untuk dipakai sebagai bahasa kebudayaan dalam arti
yang luas.
Pada tahun 1928
bahasa melayu mengalami perkembangan yang luar biasa. Pada tahun tersebut para
tokoh pemuda dari berbagai latar belakang suku dan kebudayaan menetapkan bahasa
Indonesia sebagai bahasa persatuan Indonesia, keputusan ini dicetuskan melalui
sumpah pemuda. Dan baru setelah kemerdekaan Indonesia tepatnya pada tanggal 18
Agustus Bahasa Indonesia diakui secara Yuridis.
Contoh Penggunaan Bahasa Indonesia
Baku
Bahasa Indonesia Dalam Media Massa
Cetak
“bahasa
koran!” Ungkapan ini dilontarkan sering dengan nada atau konotasi negatif atau
merendahkan. Ungkapan itu berlaku untuk seluruh media cetak, baik surat kabar
maupun majalah. Ungkapan itu disampaikan sejalan dengan anggapan bahwa media
cetak sebagai perusak bahasa Indonesia. Mengapa? Karena koran sering
mempergunakan tata bahasa yang dianggap tidak baku dan memperkenalkan kata
singkatan dan idiom-idiom baru dari luar khasanah bahasa baku, yakni yang
berasal dari bahasa asing atau bahasa daerah.
Memang
ada pula yang menilai koran berperan sebagai pembinaan bahasa Indonesia.
Anggapan bahwa media cetak berperan sebagai pembinaan bahasa Indonesia
didasarkan pada kenyataan bahwa media cetak yang hidup bersama bahasa tertulis
menyediakan ruangan-ruangan untuk pembinaan bahasa indonesia, sastra budaya,
cerpen dan cerbung. Apalagi, ditinjau dari sejarahnya, bahasa indonesia tumbuh
dan berkembang menjadi dalam keadaannya seperti sekarang ini juga berkat media
massa cetak.
Pembinaan
bahasa Indonesia oleh media massa cetak erat hubungannya dengan penggunaannya
oleh masyarakat.
Bahasa Indonesia Dalam Televisi
Tuntutan
atas peran siaran televisi dalam pembinaan bahasa Indonesia memerlukan kajian
yang sangat dalam. Pendalaman ini berdasarkan latar belakang proses kelahiran
siaran televisi nasional di Indonesia sendiri.
Pemakaian
bahasa Indonesia yang baik dan benar dalam siaran televisi tentulah sangat erat
dengan konteks program yang ditayangkan stasiun televisi tersebut. Kriteria
bahasa Indonesia yang baik dan benar untuk siaran televisi tidak dapat sebatas
pemakaian kaidah bahasa Indonesia yang benar. Selain program yang masih
menggunakn bahasa daerah yang sepenuhnya juga muncul di siaran televisi, program
dengan pemakaian bahasa Indonesia dengan dialek daerah juga masih ada. Dalam
hubungan ini, menjadi pertanyaan, apakah acuan untuk menilai sebuah tayangan
televisi dalam program telah menggunak bahasa Indonesia secara baik dan benar?
Bahkan
masih banyak program televisi produk lokal yang memakai bahasa Indonesia formal
dalam percakapan nonformal. Sekalipun kaidah bahasa secara tata bahasa,
pemakaian bahasa yang formal tersebut sudah sangat baik, tetapi menjadi janggal
ketika format tersebut di pakai dalam pembicaraan keseharian.
2.5.
Fungsi
Bahasa Indonesia Baku
1.
Bahasa Indonesia baku berfungsi pemersatu.
Bahasa Indonesia baku mempersatukan atau memperhubungkan penutur berbagai
dialek bahasa itu. Bahasa Indonesia baku mempersatukan mereka menjadi satu masyarakat
bahasa Indonesia baku. Bahasa Indonesia baku mengikat kebhinekaan rumpun dan
bahasa yang ada di Indonesia dengan mangatasi batas-batas kedaerahan. Bahasa
Indonesia baku merupakan wahana atau alat dan pengungkap kebudayaan nasional
yang utama. Fungsi pemersatu ini ditingkatkan melalui usaha memberlakukannya
sebagai salah satu syarat atau ciri manusia Indonesia modern.
2.
Bahasa Indonesia baku berfungsi sebagai penanda
kepribadian.
Bahasa Indonesia baku merupakan ciri khas yang membedakannya dengan bahasa-bahasa
lainnya. Bahasa Indonesia baku memperkuat perasaan kepribadian nasional
masyarakat bahasa Indonesia baku. Dengan bahasa Indonesia baku kita menyatakan
identitas kita. Bahasa Indonesia baku berbeda dengan bahasa Malaysia atau
bahasa Melayu di Singapura dan Brunai Darussalam. Bahasa Indonesia baku
dianggap sudah berbeda dengan bahasa Melayu Riau yang menjadi induknya.
3.
Bahasa Indonesia baku berfungsi penambah wibawa.
Pemilikan bahasa Indonesia baku akan membawa serta wibawa atau prestise.
Fungsi pembawa wibawa berkaitan dengan usaha mencapai kesederajatan dengan
peradaban lain yang dikagumi melalui pemerolehan bahasa baku. Di samping itu,
pemakai bahasa yang mahir berbahasa Indonesia baku “dengan baik dan benar”
memperoleh wibawa di mata orang lain. Fungsi yang meyangkut kewibawaan itu juga
terlaksana jika bahasa Indonesia baku dapat dipautkan dengan hasil teknologi
baru dan unsur kebudayaan baru. Warga masyarakat secara psikologis akan
mengidentifikasikan bahasa Indonesia baku dengan masyarakat dan kebudayaan
modern dan maju sebagai pengganti pranata, lembaga, bangunan indah, jalan raya
yang besar.
4.
Bahasa Indonesia baku berfungsi sebagai kerangka
acuan.
Bahasa Indonesia baku berfungsi sebagai kerangka acuan bagi pemakainya
dengan adanya norma atau kaidah yang dikodifikasi secara jelas. Norma atau
kaidah bahasa Indonesia baku itu menjadi tolok ukur pemakaian bahasa Indonesia
baku secara benar. Oleh karena itu, penilaian pemakaian bahasa Indonesia baku
dapat dilakukan. Norma atau kaidah bahasa Indonesia baku juga menjadi acuan
umum bagi segala jenis pemakaian bahasa yang menarik perhatian karena bentuknya
yang khas, seperti bahasa ekonomi, bahasa hukum, bahasa sastra, bahasa iklan,
bahasa media massa, surat-menyurat resmi, bentuk surat keputusan, undangan,
pengumuman, kata-kata sambutan, ceramah, dan pidato.
Adapun fungsi lain dari Bahasa
Indonesia Baku yaitu :
1.
Bahasa Indonesia sebagai Kebanggaan
Bangsa.
Kedudukan kedua dari Kedudukan Bahasa
Indonesia sebagai bahasa Nasional dibuktikan dengan masih digunakannya Bahasa
Indonesia sampai sekarang ini. Berbeda dengan negara-negara lain yang terjajah,
mereka harus belajar dan menggunakan bahasa negara persemakmurannya. Contohnya
saja India, Malaysia, dll yang harus bisa menggunakan Bahasa Inggris.
2.
Bahasa Indonesia sebagai alat komunikasi.
Kedudukan ketiga dari
Kedudukan Bahasa Indonesia sebagai bahasa Nasional dibuktikan dengan
digunakannya Bahasa Indonesia dalam berbagai macam media komunikasi. Misalnya
saja Buku, Koran, Acara pertelevisian, Siaran Radio, Website, dll. Karena
Indonesia adalah negara yang memiliki beragam bahasa dan budaya, maka harus ada
bahasa pemersatu diantara semua itu. Hal ini juga berkaitan dengan Kedudukan
keempat dari Kedudukan Bahasa Indonesia sebagai bahasa Nasional sebagai Alat
pemersatu Bangsa yang berbeda Suku, Agama, ras, adat istiadat dan Budaya.
3.
Bahasa Indonesia Sebagai Alat Perhubungan
Masyarakat Indonesia terdiri dari berbagai suku
dengan bahasa yang berbeda-beda, maka kan sangat sulit berkomunikasi kecuali
ada satu bahasa pokok yang digunakan. Maka dari itu digunakanlah Bahasa
Indonesia sebagai alat komunikasi dan perhubungan nasional.
2.6.
Konteks
pemakaian Bahasa Indonesia Baku
Bahasa merupakan salah satu alat
untuk mengadakan interaksi terhadap
manusia yang lain. Jadi bahasa tersebut tidak dapat dipisahkan dengan manusia.
Dengan adanya bahasa kita kita dapat berhubungan dengan masyarakat lain yang
akhirnya melahirkan komunikasi dalam masyarakat. Bahasa Indonesia mempunyai sebuah aturan yang baku dalam pengguanaanya, namun dalam prakteknya sering terjadi penyimpangan dari aturan yang baku tersebut. Kata-kata yang menyimpang disebut kata non baku.
manusia yang lain. Jadi bahasa tersebut tidak dapat dipisahkan dengan manusia.
Dengan adanya bahasa kita kita dapat berhubungan dengan masyarakat lain yang
akhirnya melahirkan komunikasi dalam masyarakat. Bahasa Indonesia mempunyai sebuah aturan yang baku dalam pengguanaanya, namun dalam prakteknya sering terjadi penyimpangan dari aturan yang baku tersebut. Kata-kata yang menyimpang disebut kata non baku.
Bahasa tutur mempunyai sifat yang
khas yaitu:
a. Bentuk
kalimatnya sederhana, singkat, kurang lengkap, tidak banyak
menggunakan kata penghubung.
menggunakan kata penghubung.
b.
Menggunakan kata-kata yang biasa dan lazim dipakai
sehari-hari.Contoh:
bilang, bikin, pergi, biarin.
bilang, bikin, pergi, biarin.
Didalam
bahasa tutur, lagu kalimat memegang peranan penting, tanpa
bantuan lagu kalimat sering orang mengalami kesukaran dalam memahami
bahasa tutur.
bantuan lagu kalimat sering orang mengalami kesukaran dalam memahami
bahasa tutur.
Menurut
pidato yang disampaikan oleh Mohamad Jamin pada kongres pemuda Indonesia 1
ialah masa depan kebudayaan Indonesia akan dinyatakan dalam bahasa Melayu.
Bahasa itulah yang menjadi indentitas kebangsaan Indonesia sebagaimana dituangkan
secara eksplisit dua tahun kemudian pada 28 Oktober 1928.
Menurut
bayangan Jamin, bahasa Indonesia dan budaya Indonesia akan sampai pada kepaduan
sebagai satu identitas bangsa, sebagai gaya hidup warga. Namun, hari-hari
terakhir ini kita ditantang oleh kenyataan yang berbeda. Pembakuan bahasa
Indonesia dalam undang-undang mengarah pada pembakuan dan berbahasa Indonesia
dalam konteks praksis mengarah pada pencarian identitas baru atau pencarian
identitas lama.
Bahasa
Indonesia baku selama ini hanya digunakan dalam konteks yang tertentu dan
sangat khusus. Bahasa baku telah menjadi bahasa asing dalam komunikasi
sehari-hari warga Indonesia.
Bahasa Indonesia baku dipakai di dalam beberapa konteks :
Bahasa Indonesia baku dipakai di dalam beberapa konteks :
Pertama, dalam komunikasi resmi,
yaitu dalam surat menyurat resmi atau dinas, pengumuman – pengumuman yang di
keluarkan oleh instansi resmi, perundang undangan, penamaan dan peristilah
resmi.
Kedua, dalam wancana teknis, yaitu
dalam laporan resmi dan karangan ilmiah
berupa makala, skripsi, tesis, disertai dalam laporan hasil penelitian.
Ketiga, pembicaraan di depan umum,
yaitu ceramah, kuliah dan khotbah.
Keempat, pembicaraan dengan orang
yang di hormatin, yaitu dengan atasan dan bawahan.
Didalam konteks pertama dan kedua di
dukung oleh bahasa Indonesia baku tulis, konteks ketiga dan keempat didukung
oleh bahasa Indonesia baku lisan. Diluar konteks itu dipergunakan bahasa
Indonesia nonbaku atau bahasa Indonesia
nonstandard.
2.7.
Ciri-ciri
Bahasa Indonesia baku
Ciri – ciri
bahasa Indonesia baku dan bahasa Indonesia non Baku telah di buat oleh para
pakar bahasa dan pengajaran bahasa Indonesia. Mereka itu antara lain,
Harimurti, Kridalaksana, Anton M, Moeliono dan Suwito.
Ciri-ciri Bahasa
Indonesia baku sebagai berikut :
1. Pelafalan
sebagai bagian fonologi bahasa Indonesia baku adalah pelafalan yang relatif
bebas dari atau sedikit diwarnai bahasa atau dialek. Misalnya :
Kata
/ keterampilan / diucapkan/ ketrampilan
2. Bentuk
kata yang berawalan me- dan ber- dan lain-lain sebagai bagian morfologi bahasa
Indonesia baku ditulis atau diucapkan secara jelas dan tetap di dalam kalimat.
Misalnya :
Banjir menyerang
kampung yang banyak penduduknya itu. Kuliah sudah berjalan dengan baik.
3. Kunjungsi
sebagai bahagian morfologi bahasa Indonesia baku ditulis secara jelas dan tetap
di dalam kalimat.
Misalnya : sampai
dengan hari ini is tidak percaya kepada siapapun, karena semua dianggapnya
penipu.
4. Partikel
–kah, -lah, dan –pun sebagai bahagian morfologi bahasa Indonesia baku ditulis
secara jelas dan tetap di dalam kalimat.
Misalnya :
Bacalah buku, itu
sampai selesai !
Bagaimanakah cara kita
memperbaiki kesalahan diri ? Bagaimanapun kita harus menerima perubahan ini
dengan lapang dada.
5. Preposisi
atau kata depan sebagai bahagian morfologi bahasa Indonesia baku morfologi baha
Indonesia baku ditulis secara jelas dan tetap di dalam kalimat.
Misalnya :
Saya bertemu dengan
adiknya kemarin.
Ia benci sekali kepada
orang itu.
6. Bentuk
kata ulang atau reduplikasi sebagai bahagian morfologi bahasa Indonesia baku
ditulis secara jelas dan tetap sesuai dengan fungsi dan tempatnya di dalam
kalimat.
Misalnya :
Orang-orang itu harus
diawasi setiap saat.
Negara-negara maju
harus melaksanakan pembangunan, ekonomi.
Titik pertemuan harus
dapat dihasilkan dalam musyawarah itu.
7. Kata
ganti atau polaritas tutur saps sebagai bahagian morfologi bahasa Indonesia
baku ditulis secara jelas dan tetap di dalam kalimat.
Misalnya :
Saya-anda bisa
bekerjasama di dalam pekerjaan ini.
Aku, - engkau sama-sama
berkepentingan tentang problema, itu. Saya – saudara memang harus bisa berpengertian
yang sama.
8. Pola
kelompok kata kerja + agen + kata kerja sebagai bahagian kalimat bahasa
Indonesia baku ditulis dan diucapkan secara jelas dan tetap di dalam kalimat.
Misalnya :
Surat Anda sudah saya
baca
Kiriman buku sudah dia
terima.
9. Konstruksi
atau bentuk sintesis sebagai bahagian kalimat bahasa Indonesia baku ditulis
atau diucapkan secara jelas dan tetap di dalam kalimat.
Misalnya :
Saudaranya
Dikomentari
Mengotori
Harganya
10. Fungsi
gramatikal ( subye, predikat, obyek ) sebagai bahagian kalimat bebas, Indonesia
baku ditulis atau diucapkan secara jelas dan tetap di dalam kalimat.
Misalnya :
Kepala kantor pergi
keluar negeri
Rumah itu, bagus.
11. Struktur kalimat baik tunggal maupun majemuk
ditulis atau diucapkan secara jelas dan tetap sebagai bahagian kalimat bahasa
Indonesia baku di dalam kalimat.
Misalnya :
Mereka sedang mengikuti
perkuliahan
Dasar-dasar
Akuntansi 1.
Sebelum analisis data
dilakukannya, dia mengumpulkan data secara sungguh-sungguh.
12. Kosakata
sebagai bahagian semantik bahasa Indonesia baku ditulis atau diucapkan secara
jelas dan tetap dalam kalimat.
Misalnya :
Mengapa, tetapi,
bagaimana, memberitahukan, hari ini, bertemu, tertawa, mengatakan, pergi, tidak
begini, begitu, silahkan.
13. Ejaan
resmi sebagai bahagian bahasa Indonesia baku ditulis secara jelas dan tetap
baik kata, kalimat, maupun tanda-tanda baca sesuai dengan Ejaan Bahasa
Indonesia yang Disempurnakan.
14. Peristilahan
baku sebagai bahagian bahasa Indonesia baku dipakai sesuai dengan pedoman
peristilahan Penulisan istilah yang dikeluarkan oleh Pemerintah melalui Pusat
Pembinaan dan Pengembangan Bahasa ( Purba, 1996 : 63-64 )
2.8.
Pemakaian Bahasa Indonesia Baku dan Nonbaku dengan
Baik dan Benar
Bahasa Indonesia baku dan nonbaku
mempunyai kode atau ciri bahasa dan fungsi pemakaian yang berbeda. Kode atau
ciri dan fungsi setiap ragam bahasa itu saling berkait. Bahasa Indonesia baku
berciri seragam, sedangkan ciri bahasa Indonesia nonbaku beragam. Pemakaian
bahasa yang mengikuti kaidah bahasa yang dibakukan atau yang dianggap baku
adalah pemakaian bahasa Indonesia baku dengan benar. Dengan demikian, pemakaian
bahasa Indonesia baku dengan benar adalah pemakaian bahasa yang mengikuti
kaidah bahasa atau gramatikal bahasa baku.
Sebaliknya, pemakaian bahasa
Indonesia nonbaku dengan benar adalah pemakaian bahasa yang tidak mengikuti
kaidah bahasa atau gramatikal baku, melainkan kaidah gramatikal nonbaku.
Pemakaian bahasa Indonesia baku dengan baik adalah pemakaian bahasa Indonesia
yang mengikuti atau sesuai dengan fungsi pemakaian bahasa baku. Pemakaian
bahasa Indonesia nonbaku dengan baik adalah pemakaian bahasa yang tidak
mengikuti atau sesuai dengan fungsi pemakaian bahasa Indonesia nonbaku.
Konsep baik dan benar dalam
pemakaian bahasa Indonesia baik baku maupun nonbaku saling mendukung dan saling
berkait. Tidaklah logis ada pemakaian bahasa Indonesia yang baik, tetapi tidak
benar. Atau tidaklah logis ada pemakaian bahasa yang benar tetapi tidak baik.
Oleh karena itu, konsep yang benar adalah pemakaian bahasa yang baik harus juga
merupakan pemakaian bahasa yang benar atau sebaliknya.
Contoh Bahasa Indonesia Baku dan
Nonbaku
Kita sering kesulitan menentukan
kata yang baku dan kata yang tidak baku. Berikut ini adalah daftar kata-kata
baku bahasa Indonesia yang disusun secara alfabetis.
No
|
Kata Baku
|
Kata Nonbaku
|
1.
|
Aktif
|
aktip, aktive
|
2.
|
Alquran
|
Al-Quran, Al-Qur’an, Al Qur’an
|
3.
|
Apotek
|
Apotik
|
4.
|
Azan
|
Adzan
|
5.
|
Cabai
|
cabe, cabay
|
6.
|
Daftar
|
Daptar
|
7.
|
doa
|
do’a
|
8.
|
efektif
|
efektip, efektive, epektip, epektif
|
9.
|
elite
|
Elit
|
10.
|
e-mail
|
email, imel
|
11.
|
Februari
|
Pebruari, February
|
12.
|
foto
|
Photo
|
13.
|
fotokopi
|
foto copy, photo copy, photo kopi
|
14.
|
hakikat
|
Hakekat
|
15.
|
ijazah
|
ijasah, izajah
|
16.
|
izin
|
Ijin
|
17.
|
jadwal
|
Jadual
|
18.
|
Jumat
|
Jum’at
|
19.
|
karena
|
Karna
|
20.
|
karismatik
|
Kharismatik
|
21.
|
kreatif
|
kreatip, creative
|
22.
|
lembap
|
Lembab
|
23.
|
lubang
|
Lobang
|
24.
|
maaf
|
ma’af
|
25.
|
makhluk
|
Mahluk
|
26.
|
mukjizat
|
mu’jizat
|
27.
|
napas
|
Nafas
|
28.
|
nasihat
|
Nasehat
|
29.
|
objek
|
Obyek
|
30.
|
provinsi
|
propinsi, profinsi
|
Contoh kalimat baku dan tidak baku
A.
Kalimat Tidak Baku
- Semua peserta daripada pertemuan itu sudah pada hadir.
- Kami menghaturkan terima kasih atas kehadirannya.
- Mengenai masalah ketunaan karya perlu segera diselesaikan dengan tuntas.
- Sebelum mengarang terlebih dahulu tentukanlah tema karangan.
- Pertandingan itu akan berlangsung antara Regu A melawan Regu B.
- Kita perlu pemikiran-pemikiran untuk memecahkan masalah-masalah yang berkaitan dengan pelaksanaan pengembangan kota.
B.
Kalimat Baku
1. Semua
peserta pertemuan itu sudah hadir.
2. Kami
mengucapkan terima kasih atas kehadiran Saudara.
3. Masalah
ketunakaryaan perlu segera diselesaikan dengan tuntas.
4. Sebelum
mengarang, tentukanlah tema karangan.
5. Pertandingan
itu akan berlangsung antara Regu A dan Regu B.
6. Kita
memerlukan pemikiran untuk memecahkan masalah yang berkaitan dengan pelaksanaan
pengembangan kota.
BAB III
PENUTUP
3.1.Kesimpulan
Bahasa Indonesia dapat berkembang secara
teratur, terarah dan terencana, cara pengucapan atau penulisannya sesuai dengan
kaidah-kaidah standart atau kaidah yang telah di bakukan, dimana kaidah
standart diamksud dapat berupa ejaan (EYD), tata bahasa baku dan kamus umum
sehingga dapat difungsikan atau dipakai sebagai model oleh masyarakat Indonesia
secara luas.
Bahasa Indonesia nonbaku adalah ragam bahasa
Indonesia yang tidak dimodifikasi atau disusun secara terencana dan terarah
juga cara pengucapan dan penulisannya tidak memenuhi kaidah –kaidah umum.
3.2.Saran
Berdasarkan makalah yang kami buat, mungkin
ada tambahan-tambahan untuk mengisi kekurangan-kekurangan dalam makalah ini. Saran dari semuanya akan kami kumpulkan untuk memberi semangat
dan acuan dalam penulisan makalah
selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah,M.K,(20133),EYD(Ejaan Yang Disempurnakan).Jakarta:Sandro Jaya
Alwi, Hasan.
2003. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Barus, Sanggup,(2013),Pendidikan Bahasa Indonesia.Medan:UNIMED PRESS
Broto.
1978. Pengajaran Bahasa Indonesia.
Jakarta : Bulan Bintang
Cavi.(2007).Linguistik.(http://id.shvoong.com/humanities/linguistics/2139737-kata-baku-dan-tidak-baku/#ixzz2LAFl0NSl) dilihat
pada hari Minggu, 09 Februari 2014
Keraf,Gorys,(2006),Diksi dan Gaya Bahasa.Jakarta:PT Gramedia Pustaka Utama
Keraf, G.
1991. Tatabahasa Indonesia Rujukan Bahasa Indonesia untuk Pendidikan
Menengah. Jakarta: Gramedia.
Marmoet, (2010). Bahasa Baku dan Non Baku.
(http://marmoet5.blogspot.com/2010/10/bahasa-baku-dan-tidak-baku.html) dilihat
pada hari Minggu, 09 Februari 2014.
Moeliono, Anton. 1985. Kongres Bahasa Indonesia IV. Jakarta :
Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa
Ritonga,Parlaungan,dkk,(2011),Bahasa Indonesia Praktis,Medan:Bartong
Jayas
Sabariyanto,
Dirgo. ( 1998 ). Bahasa Surat Dinas.
Yogyakarta: Mitra Gama Widya.
Salliyanti,(2011).BahasaBaku.
http://www.google.co.id/#hl=id&source=hp&q=bahasa+baku&btnG=Telusuri+dengan+Google&meta=&aq=f&oq=bahasa+baku&fp=3c535af0b522fb05, dilihat pada
hari Sabtu, 08 Februari 2014
Sugono,
Dendy. 2003. Bahasa Indonesia Menuju
Masyarakat Madani. Jakarta : progres.
0 Komentar:
Posting Komentar
Berlangganan Posting Komentar [Atom]
<< Beranda