Rabu, 16 April 2014

PERGERAKAN I IKHWANUL MUSLIMIN


a.    Hasan Al-Banna
“akulah petualang yang mencari kebenaran. Akulah manusia yang mencari makna dan hakikat kemanusiaannya di tengah manusia. Akulah patriot yang berjuang menegakkan kehormatan, kebebasan, ketenangan, dan kehidupan yang baik bagi tanah air di bawah naungan islam yang hanif. Akulah lelaki bebas yang telah mengetahui rahasia wujudnya, maka ia pun berseru, “sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku, dan matiku hanya untuk Allah, Tuhan semesta alam yang tiada sekutu bagi-Nya. Kepada yang demikian itulah aku diperintahkan, dan aku temasuk orang-orang yang berserah diri.” Inilah aku. Dan kamu, kamu sendiri siapa?

b.   Dakwah Kami
Keterusterangan
Kami ingin berterus-terang kepada semua orang tentang tujuan kami, memaparkan di hadapan mereka metode kami, dan membimbing mereka menuju dakwah kami.

Kesucian
Ikhwanul Muslimin membawa misi dakwah yang bersih dan suci, bersih dari ambisi pribadi, bersih dari kepentingan dunia, dan bersih dari hawa nafsu. Ia terus berlalu menapaki jalan panjang kebenaran yang telah digaris Allah SWT. Dalam firman-Nya (Yusuf:108)

Kasih sayang
Umat ini lebih kami cintai daripada diri kami sendiri. Kami berbuat di Jalan Allah untuk kemaslahatan seluruh manusia, lebih banyak dari apa yang kami lakukan untuk kepentingan diri kami. Betapa berat rasa di hati ketika kami menyaksikan bencana yang mencabik-cabik umat ini, sementara kita hanya sanggup menyerah pada kehinaan dab pasrah oleh keputusasaan.

Semua Keutamaan Hanyalah milik ALLAH
Andaikan yang kami lakukan ini adalah sebuah keutamaan, maka kami sama sekali tidak menganggap bahwa itu keutamaan diri kami. Kami hanya percaya pada firman Allah SWT (Al-Hujurat:17). Di tangan Nyalah berada semua kunci dan kendali hati manusia. Siapa yang ia sesatkan maka tak aka nada yang dapat menunjukinya, dan siapa yang ia tunjuki maka tak aka nada yang dapat menyesatkannya. Cukuplah Dia bagi kami. Dia-lah sebaik-baik tempat bergantung. Bukankah hanya Allah yang mencukupi kekurangan hamba-Nya.

Empat Golongan Objek Dakwah:
1.      Golongan Mukmin
Kepada golongan ini kami segera mengajak untuk segera bergabung dan bekerja bersama kami agar jumlah para mujahidin semakin banyak, dan dengan tambahan suara mereka, suara para dai akan seakin tinggi.
2.      Golongan yang ragu-ragu
Mereka adalah orang-orang yng belum mengetahui secara jelas hakikat kebenaran dan belum mengenal makna keikhlasan serta manfaat dibalik ucapan-ucapan kami. Mereka bimbang dan ragu. Biarkanlah mereka bersama keraguannya, sembari mereka tetap berhubungan dekat dengan kami. Setelah itu, insya allah hati mereka akan tentram dan dapat menerima kami. Begitulah juga tabiat golongan manusia peragu, yang menjadi pengikut para rasul pada zaman dahulu.
3.      Golongan yang mencari keuntungan
Mereka adalah kelompok yang tidak ingin memberikan dukungan kepada kami sebelum mereka mengetahui keuntungan materi yang dapat mereka peroleh sebagai imbalannya. Kepada mereka ini kami hanya ingin mereka tahu “ Menjauhlah! Disini hanya ada pahala dari Allah SWT jika kamu benar-benar ikhlas.” Bila kelak Allah menyingkap tabir kegelapan dari hat mereka dan menghilangkan kabut keserakahan dari jiwanya, niscaya mereka akan tahu bahwa sesungguhnya apa yang ada di sisi Allah itu jauh lebih baik dan lebih kekal. Kami percaya, hal itu akan mendorongnya bergabung dengan barisan Allah.
4.      Golongan yang berprasangka buruk
Mereka adalah orang-orang yang selalu berprasangka buruk kepada kami dan hatinya diliputi keraguan atas kami. Kami bermohon kepada Allah SWT, agar berkenaan memperlihatkan kepada kami dan kepada mereka kebenaran sebagai kebenaran dan memberi kekuataan kepada kami untuk mengikutinya. Memperlihatkan kebatilan sebagai kebatilan dan memberikan kekuatan kepada kami untuk menjauhinya. Kami akan selalu mendakwahi mereka jika mereka mau menerima, dan kami juga berdoa kepada Allah SWT agar menunjuki mereka. Sesuai dengan firman Allah (Qaashash:56).

MELEBUR
Beban dakwah ini hanya dapat dipikul oleh mereka yang telah memahami dan bersedia memberi apa saja yang kelak dituntut olehnya, baik waktu, kesehatan, harta, bahkan darah.( At-Taubah: 24) Dakwah ini tidk mengenal sikap ganda. Ia hanya mengenal satu sikap totalitas. Siapa yang bersedia untuk itu, maka ia harus hidup bersama dakwah dan dakwah pun melebur dalam dirinya.

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda